Emiten perbankan syariah PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI terpantau kembali melesat dan mencetak rekor barunya pada sesi I Selasa (17/9/2024), di tengah prospek positif perseroan setelah adanya kemungkinan berakhirnya era suku bunga tinggi.
Per pukul 10:32 WIB, saham BRIS melejit 8,74% ke posisi Rp 3.110/unit. Bahkan, saham BRIS sempat melejit hingga 11,19% ke posisi Rp 3.180/unit.
Saham BRIS juga mencetak rekor tertinggi barunya (all time high/ATH) pasca merger pada sesi I hari ini. Adapun terakhir kali BRIS mencetak rekor ATH pasca merger yakni pada 25 Februari 2021 silam di Rp 2.887/unit.
Saham BRIS sudah ditransaksikan sebanyak 20.278 kali dengan volume sebesar 109,67 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 338,29 miliar. Adapun kapitalisasi pasar BRIS saat ini mencapai Rp 143,46 triliun.
Dari orderbook-nya, pada order bid atau beli, harga Rp 3.030/unit menjadi yang paling banyak antrean belinya pada sesi I hari ini, yakni mencapai 10.347 lot atau sekitar Rp 3,1 miliar.
Sedangkan di order offer atau jual, posisi harga Rp 3.190/unit menjadi yang paling banyak antrean jualnya pada sesi I hari ini, yakni sebanyak 69.959 lot atau sekitar Rp 22,3 miliar.
Saham BRIS kembali bergairah dan menyentuh ATH pada sesi I hari ini di tengah investor asing yang masing memborong saham perbankan syariah raksasa ini.
Dalam lima hari terakhir, asing tercatat sudah memborong saham BRIS sebanyak Rp 314,6 miliar. Menurut Head of Investor Relations BSI Rizky Budinanda, hal ini terjadi karena ekspektasi kinerja BRIS pada semester II-2024 yang cenderung positif karena adanya kemungkinan penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI).
“Ekspektasi kinerja positif sektor perbankan di semester dua 2024 menyusul kemungkinan penurunan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia dalam waktu dekat serta fundamental BSI yang solid,” kata Rizky dalam keterangan resminya, Jumat (13/9/2024).
Berdasarkan laporan kinerja perseroan hingga semester I-2024, BRIS mengalami pertumbuhan laba bersih sebesar 20,28% secara tahunan (year-on-year/yoy), mencapai Rp 3,39 triliun. Total aset juga mengalami peningkatan 15,10% yoy menjadi Rp 361 triliun, dimana pembiayaan BRIS masih didominasi oleh segmen konsumer.
Kedepannya, bisnis emas akan menjadi mesin pertumbuhan baru BRIS di segmen pembiayaan konsumer dan bagian dari diversifikasi portofolio untuk menjaga stabilitas pendapatan perusahaan. Sebagai gambaran, investasi pada emas cukup menarik.
Per 30 Desember 2023, harga emas mencapai Rp 1,02 juta per gram, namun melonjak menjadi Rp 1,23 juta per gram pada 30 Juni 2024, meningkat sekitar 20%. Selain memberikan imbal hasil (yield) yang menarik, sifat emas sebagai safe haven yang aman dan likuid, cocok untuk menjaga nilai aset di tengah ketidakstabilan ekonomi.
Hingga Juni 2024, pembiayaan emas BRIS mencapai Rp 8,9 triliun, naik 41,27% yoy, dengan tingkat NPF mendekati nol. Hampir 33% nasabah pembiayaan emas BRIS berasal dari generasi Z dan milenial, menunjukkan minat yang tinggi dari generasi muda terhadap investasi emas.
“Dengan kontribusi dari bisnis emas, kami optimis dapat mempertahankan pertumbuhan ini, sejalan dengan meningkatnya literasi keuangan dan preferensi masyarakat terhadap produk syariah,” jelasnya.
Rizky menyebut dengan pencapaian kinerja solid di semester satu 2024, BRIS yakin dapat mempertahankan momentum pertumbuhan hingga akhir tahun. Menurutnya, kombinasi dari kinerja fundamental yang kuat, inovasi produk, dan meningkatnya literasi keuangan syariah akan terus mendukung pertumbuhan BRIS di pasar modal.