Terungkap Alasan Bridgestone Tutup Pabrik dan PHK di Mana-mana

FILE - In this Thursday, Feb. 19, 2009, file photo, women walk past a Bridgestone sign in Tokyo. General Motors announced Thursday, April 20, 2017, that it will stop doing business in Venezuela after authorities took control of its only factory there. Bridgestone announced in May 2016 that it would sell its business in Venezuela after six decades in the country as a result of runaway inflation and strict currency controls. The company sold its Venezuela assets to Grupo Corimon, a local industrial company. (AP Photo/Shizuo Kambayashi, File)

Produsen ban dunia yakni Bridgestone Corp. mengumumkan rencana penutupan pabriknya di Tennessee, Amerika Serikat (AS). Penutupan pabrik ini akan berdampak signifikan terhadap sekitar 700 karyawan yang bekerja di sana.

Bridgestone juga berencana mengurangi kapasitas produksi dan tenaga kerja di pabrik bannya di Des Moines, Iowa, dan pengurangan tenaga kerja tambahan di bagian korporasi, penjualan, dan operasionalnya di AS.

Sebelumnya, media Jepang Nippon melaporkan penutupan pabrik Bridgestone di Lanklaar, Belgia, pada semester pertama 2025. Hal ini merupakan bagian dari upaya Bridgestone untuk merestrukturisasi operasinya di Eropa yang tengah menghadapi masalah profitabilitas.

Perusahaan mengaku bahwa pihaknya telah menginformasikan rencana penutupan pabrik yang dijalankan oleh anak perusahaan Bridgestone, Bandag Europe NV tersebut kepada 111 karyawan.

Media Belgia VRT NWS melaporkan bahwa perusahaan bidang produksi ban bus dan truk ini mengambil langkah penutupan pabrik akibat biaya produksi yang tinggi dan penjualan menurun.

Manajemen perusahaan mengklaim bahwa saat ini permintaan suku cadang ban bus dan truk kepada pihaknya menurun lebih dari sepertiganya di Eropa, terutama akibat banyaknya impor produk yang lebih murah dari Asia Timur.

Di wilayah Amerika Latin, Bridgestone berencana melakukan pengurangan tenaga kerja dan kapasitas produksi di Argentina dan Brazil. Langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi untuk mengoptimalkan operasional dan meningkatkan daya saing perusahaan di tengah tantangan ekonomi global.

“Pengurangan tenaga kerja berdampak pada perusahaan, penjualan, dan operasional kami di Amerika, di mana penyesuaian kembali tingkat kepegawaian diperlukan sebagai respons terhadap lingkungan ekonomi yang menantang,” kata juru bicara perusahaan, Emily Weaver.

“Dari hampir 44.000 rekan kerja kami di Amerika Utara dan Amerika Latin, hanya sekitar 4% dari rekan kerja kami yang meninggalkan perusahaan sebagai bagian dari pengurangan tenaga kerja sukarela dan tidak sukarela,” ia menuturkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*