Muntahan paus atau yang dikenal dengan ambergris ternyata memiliki harga yang fantastis. Bongkahan muntahan paus bisa laku terjual puluhan miliar.
Beberapa waktu lalu, seorang nelayan di Thailand tak sengaja menemukan muntahan paus dan ambergris ini dihargai Rp 21 miliar. Dengan harga yang mahal ini, kotoran puas tersebut dijuluki sebagai floating gold alias emas terapung. Adapun, secara harfiah, ambergris adalah gabungan dari dua kata dalam bahasa latin yaitu ambra dan grisea atau batu ambar berwarna abu-abu.
Saat ini, ambergris banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan parfum mewah. Para pembuat parfum merek kenamaan seperti Chanel membutuhkan ambergis untuk membuat aroma musk yang bikin parfum tahan lama. Konon, permintaan ambergis sangat tinggi di negara produsen parfum seperti Uni Emirat Arab yang punya market wewangian sangat besar.
Selain untuk parfum, ambergris juga dibuat untuk obat serta campuran makanan dan minuman. Raja Charles II dari Inggris biasa menyantapnya bersama telur. Ambergris juga digunakan sebagai penyedap dalam kopi Turki serta campuran cokelat panas di Eropa pada abad ke-18.
Selama Abad Pertengahan, orang Eropa menggunakan ambergris sebagai obat untuk sakit kepala, pilek, epilepsi, dan penyakit lainnya.
Bentuk ambergris sendiri tidak menarik. Jika dilihat dari tampilannya, benda tersebut memang berwarna abu-abu kehitaman. Seiring berjalannya waktu, ambergris yang encer akan mengalami proses kimia setelah terkena air laut yang membuat bentuknya jadi solid seperti batu.
Ambergris umumnya berasal dari jenis paus sperma. Karena kebiasaan makan paus sperma yang rakus, perut mereka penuh dengan komponen yang tidak dapat dicerna dari tubuh mangsanya yang kemudian membentuk struktur padat seperti bola.
Sisa makanan yang tak bisa dicerna itu mereka memuntahkannya kembali setiap beberapa minggu. Umumnya, paus sperma mengeluarkannya sebelum pencernaan dimulai. Muntahan inilah yang disebut ambergris.