Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Indonesia, Sergey Tolchenov, buka suara soal rencana Indonesia untuk membeli sejumlah alutsista buatan Negeri Beruang Putih itu.
Dalam pernyataanya, Tolchenov menyebut bahwa perundingan antara Indonesia dan Rusia terus diadakan secara tertutup dan rahasia. Ia menyebut hal ini dikarenakan ada pihak-pihak yang menurutnya akan mengganggu perundingan ini.
“Beberapa isu dalam hubungan bilateral kami dibahas secara tertutup, apalagi di dunia pertahanan. Sejumlah kesepakatannya pun tak bisa kami sampaikan secara terbuka,” ungkapnya, baru-baru ini.
“Kami punya beberapa negara yang kami cap sebagai ‘tidak bersahabat’. Karena saat kami umumkan, negara-negara ini datang esok harinya. Kementerian yang sama (dengan kami), institusi yang sama, dan menyebut janganlah Anda bekerja sama dengan Rusia. Ini hal yang buruk namun ini adalah fakta.”
Ia pun menegaskan kembali bahwa hal ini telah disampaikan kepada pihak Indonesia. Hal ini agar tidak ada pihak-pihak yang mempengaruhi secara negatif.
“Saat kami menyatakan kesepakatan dalam bisnis, atau pengiriman Sukhoi Su-35 ke Indonesia, kita akan melihatnya. Namun ini harus dilakukan secara tertutup agar tidak ada musuh yang membatalkan kesepakatan kita.”
Sebelumnya, Indonesia telah melakukan pembaruan alutsista dalam beberapa tahun terakhir, terutama saat Presiden Prabowo Subianto masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan). Sejumlah pembelian alutsista yang dilakukan seperti pembelian pesawat tempur Dassault Rafale asal Prancis dan F-15X asal Amerika Serikat (AS).
Untuk alat-alat buatan Rusia, Indonesia sebenarnya telah menandatangani rencana pembelian 11 pesawat Sukhoi Su-35 pada 2018 lalu. Dubes Rusia untuk Indonesia saat itu, Lyudmila Vorobieva, mengatakan bahwa implementasinya sulit apalagi Moskow sedang terlibat peperangan dengan Ukraina.
Rusia sendiri mendapatkan pertentangan dari banyak negara Eropa serta AS dan sekutunya atas serangan ke Ukraina. Sejumlah blok yang bergabung dengan Washington telah memberikan dukungannya untuk Kyiv dari segi persenjataan dan non persenjataan, serta menjatuhkan sanksi untuk memukul ekonomi Rusia.
Atas manuver tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengeluarkan cap kepada negara-negara itu sebagai negara yang ‘tidak bersahabat’. Putin juga terus mencari mitra dagang baru agar menjauh dari pengaruh ekonomi dan perdagangan Barat.