Bank Indonesia melaporkan pertumbuhan kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melambat pada Juli 2024.
Adapun kredit UMKM naik 5,1% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 1.375,5 triliun, lebih lambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yakni 5,6% yoy.
Lebih rinci, kredit segmen mikro dan menengah yang membukukan pertumbuhan yang melambat. Kredit mikro naik 7% yoy, sedangkan bulan sebelumnya 8,2% yoy. Kemudian kredit menengah naik 3,1% yoy dan bulan sebelumnya 3,4% yoy.
Berbeda dengan kredit kecil yang menguat tipis dari 3,4% yoy menjadi 3,8% yoy.
Sebagai informasi, kredit UMKM berkontribusi 18,5% terhadap total kredit yang disalurkan perbankan per Juli 2024. Kredit mikro memiliki andil paling besar, yakni 46,29%. Lalu kredit kecil 31,65% dan kredit menengah 22,06%.
Berdasarkan jenis penggunaan, kredit modal kerja naik 2% yoy menjadi Rp 1.000,5 triliun dan kredit investasi tumbuh 14,3% yoy menjadi Rp 375 triliun.
Sementara itu, total kredit yang disalurkan industri perbankan sebanyak Rp 7.430,5 triliun, naik 11,6% yoy. Korporasi menjadi penopang utama, dengan pertumbuhan 16,8% yoy menjadi Rp 3.975,6 triliun. Lalu kredit perorangan tumbuh 5,9% yoy menjadi Rp 3.393 triliun.
Sebelumnya Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan melambatnya pertumbuhan kredit UMKM menjadi satu penyebab rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) segmen tersebut naik. “Selain itu, pertumbuhan kredit UMKM yang mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, serta berakhirnya relaksasi restrukturisasi kredit terkait pandemi Covid-19, menyebabkan rasio NPL kredit UMKM mengalami peningkatan,” kata Dian, dikutip Jumat (23/8/2024).
Adapun per akhir Juni 2024, NPL gross UMKM sebesar 4,04%, turun dari sebulan sebelumnya 4,27%.