Indonesia Investment Authority (INA), yaitu badan pengelola dana milik Indonesia, mengumumkan kerja sama dengan perusahaan modal ventura Granite Asia yang berbasis di Singapura untuk mengucurkan modal US$ 1,2 miliar (Rp 18,9 triliun) ke perusahaan-perusahaan teknologi di RI.
Dalam pernyataan pers bersama, INA dan Granite Asia menyatakan bahwa dana patungan akan dikucurkan dalam bentuk investasi ekuitas dan “hybrid.” Pernyataan pers itu tidak menyebutkan secara detail porsi modal yang ditanggung oleh INA dan Granite Asia.
Perusahaan yang bisa menerima suntikan modal dari INA dan Granite Asia adalah startup teknologi asal Indonesia dan startup yang mengandalkan pasar Indonesia.
INA adalah perusahaan investasi milik negara yang berdiri pada 2020. Perusahaan tersebut berkolaborasi dengan investor dalam dan luar negeri untuk menanamkan modal di Indonesia.
Berdasarkan situs resminya, saat ini nilai aset kelolaan INA (AUM) telah melebihi Rp 163 triliun. Pemerintah RI menyuntikkan modal awal senilai US$ 5 miliar saat pendirian INA, lewat dua kali penyerahan modal tunai pada Februari dan November 2021, masing-masing senilai US$ 1 miliar, serta pengalihan saham pemerintah di PT Bank Rakyan Indonesia (Persero) Tbk. dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. pada Desember 2021 bernilai total US$ 3 miliar.
Mayoritas investasi INA dikucurkan untuk infrastruktur seperti terminal kontainer Balawan, ruas tol di proyek tol Trans Jawa dan Trans Sumatera, serta di anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk., yaitu PT Dayamitra Telkomunikasi Tbk. (Mitratel).
Satu-satunya perusahaan digital yang telah menerima modal dari INA adalah Traveloka. INA terlibat dalam penggalangan dana senilai US$ 300 juta di Traveloka bersama investor lain yaitu BlackRock, Allianz Global Investors, dan Orian Capital Asia.