Ini Bukti Pengaruh China Semakin Besar ke Ekonomi Asia Tenggara

Octa

China telah menjadi mitra dagang terbesar sekaligus investor penting di kawasan Asia Tenggara yang meliputi berbagai bidang seperti infrastruktur, teknologi, dan energi terbarukan.

Dalam hal ini, Octa akan menelusuri bagaimana jangkauan ekonomi China yang terus berkembang dan membentuk pasar Asia Tenggara, mulai dari lonjakan ekspor batubara Indonesia hingga transformasi teknologi Vietnam, serta memberi gambaran terkait masa depan pertumbuhan ekonomi pada 2025.

Broker internasional ini menggambarkan peran China sebagai mitra ekonomi kunci bagi Asia Tenggara semakin meningkat dan mempengaruhi berbagai sektor, mulai dari infrastruktur hingga teknologi dan perdagangan.

Sebagai bukti, pada tahun 2023 perdagangan China dengan negara-negara ASEAN mencapai perkiraan US$ 975 miliar, sehingga menjadikan China sebagai mitra dagang terbesar di kawasan tersebut dengan margin yang signifikan.

Pada gilirannya, negara-negara Asia Tenggara mendapat manfaat dari hubungan ini melalui peningkatan investasi, pembangunan infrastruktur yang kuat, dan permintaan ekspor yang stabil. Manfaat ekonomi timbal balik tidak dapat dipungkiri mengingat China maupun Asia Tenggara mendapat keuntungan dari integrasi yang lebih mendalam ini.

Kali ini, Analis Pasar Finansial Octa, Kar Yong Ang bakal membahas pengaruh ekonomi China yang berkembang di Asia Tenggara sekaligus mencermati peluang dan tantangan yang dibawa kemitraan ini bagi investor dan pasar.

Asal tahu saja, investasi infrastruktur China telah secara signifikan mengubah lanskap ekonomi Asia Tenggara, menjalin koneksi yang lebih dalam antar negara dan mempengaruhi pasar finansial di seluruh kawasan.

Melalui Belt and Road Initiative (BRI), China telah mengalokasikan lebih dari US$ 180 miliar untuk proyek-proyek di negara-negara ASEAN, seperti membangun infrastruktur penting seperti pelabuhan, kereta api, dan jalan raya.

Salah satu contoh yang menonjol adalah proyek East Coast Rail Link Malaysia senilai US$ 11 miliar yang dirancang untuk meningkatkan konektivitas antara pusat perdagangan dan mengurangi biaya logistik, serta proyek kereta cepat Jakarta-Bandung di Indonesia yang sudah mulai mengubah rute perdagangan dan mempercepat aktivitas ekonomi.

Peningkatan konektivitas dan penurunan biaya transportasi ini diperkirakan akan mendongkrak volume perdagangan regional hingga 10% setiap tahun, mendukung penguatan mata uang lokal, dan mempromosikan pasangan mata uang yang lebih stabil di seluruh Asia Tenggara.

Selain itu, proyek-proyek ini berkontribusi pada kenaikan hampir 15% harga saham dalam sektor-sektor yang terkait langsung dengan infrastruktur, seperti konstruksi dan logistik, menciptakan peluang substansial bagi investor yang ingin memanfaatkan peran berkembang kawasan ini sebagai pusat perdagangan dan logistik.

Pengaruh China dinilai sangat menonjol di sektor-sektor seperti infrastruktur dan manufaktur serta teknologi dan transformasi digital.

Investasi China di sektor infrastruktur Asia Tenggara, seperti proyek East Coast Rail Link senilai US$ 11 miliar di Malaysia telah mengubah lanskap logistik regional. Pada tahun 2024, China menyumbang lebih dari 50% dari investasi asing langsung di sektor manufaktur dan konstruksi kawasan, termasuk proyek pengembangan kota pintar dan pusat transportasi.

China juga berinvestasi besar-besaran dalam transformasi digital Asia Tenggara, mendanai berbagai proyek, dari platform e-commerce hingga pusat teknologi cloud. Di Vietnam, misalnya, investasi China dalam elektronik dan teknologi informasi melebihi US$ 30 miliar, sehingga membantu negara tersebut menjadi salah satu pengekspor elektronik terkemuka di kawasan.

Permintaan China terhadap sumber daya dan komoditas Asia Tenggara terus menjadi pendorong kuat bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara.

Di Indonesia misalnya, China adalah pasar terbesar batubara dan minyak sawit Indonesia sekaligus menyumbang 40% dari total ekspor batubara Indonesia. Ketergantungan ini telah diterjemahkan ke dalam hubungan perdagangan yang kuat, meningkatkan PDB Indonesia sekitar 1,5% pada tahun 2024 hanya dari ekspor batu bara dan minyak kelapa sawit saja.

Di Malaysia, ekspor produk ke China telah melonjak, terutama dalam elektronik dan mesin. Perdagangan Malaysia dengan China tumbuh lebih dari 9% pada tahun 2023, dan tren ini diantisipasi untuk terus berlanjut seiring Malaysia menyesuaikan strategi perdagangannya dengan permintaan konsumen Cina dalam manufaktur dan elektronik.

Sementara itu, investasi China telah mencapai US$ 30 miliar di sektor teknologi Vietnam sehingga membantu mengubah negara tersebut menjadi pengekspor elektronik utama dan menyumbang hampir 15% ke PDB Vietnam. Investasi ini sangat penting karena membantu transisi Vietnam dari ekonomi berbasis pertanian menjadi pusat teknologi dan manufaktur.

Seiring dengan upaya Asia Tenggara untuk melanjutkan pertumbuhan ekonomi, China diharapkan dapat mempertahankan posisinya sebagai mitra utama, yang ditandai dengan berbagai perjanjian seperti Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

Mencakup 30% dari PDB dunia, RCEP menawarkan negara-negara Asia Tenggara akses ke jalur perdagangan yang lebih efisien dan tarif yang lebih rendah, yang dapat meningkatkan perdagangan intra-regional dengan China hingga 10% dalam lima tahun ke depan.

Proyeksi menunjukkan bahwa China akan semakin berinvestasi dalam ekonomi digital dan infrastruktur ASEAN, menyesuaikan dengan tren keberlanjutan global dan tujuan transformasi digital kawasan.

Namun, saat China memperdalam hubungan ekonominya, Asia Tenggara juga sedang menjajaki diversifikasi dalam pasar ekspornya. Dengan perkiraan pertumbuhan tahunan PDB Asia Tenggara 5,5% hingga 2025, negara-negara seperti Vietnam dan Malaysia memperluas strategi perdagangannya untuk mengurangi ketergantungan ekonomi pada China.

Negara-negara ini sedang menjajaki kemitraan perdagangan baru di Eropa dan Amerika Utara, sehingga mencerminkan pendekatan hati-hati untuk menyeimbangkan peluang ekonomi dengan Cina dan pelaku global lainnya.

Lantas, peran China yang berkembang di Asia Tenggara signifikan lebih dari sekadar kemitraan dagang. Hal ini mewujudkan hubungan simbiosis yang terus berkembang dengan manfaat yang saling menguntungkan. Ketergantungan Asia Tenggara pada investasi dan hubungan dagang dengan China tidak menunjukkan tanda-tanda melambat, namun bangsa-bangsa di kawasan ini sedang mencari penyeimbangan dengan menjajaki hubungan ekonomi tambahan secara global.

Sebagai informasi, Octa adalah broker internasional yang telah menyediakan layanan trading online di seluruh dunia sejak tahun 2011. Octa menawarkan akses bebas komisi ke pasar finansial dan berbagai layanan yang telah digunakan oleh klien dari 180 negara yang telah membuka lebih dari 42 juta akun trading.

Perusahaan ini terlibat dalam jaringan inisiatif amal dan kemanusiaan yang komprehensif, termasuk peningkatan infrastruktur pendidikan dan proyek-proyek bantuan jangka pendek yang mendukung masyarakat setempat.

Di wilayah Asia Pasifik, Octa menerima penghargaan ‘Broker Teraman Indonesia 2022’ dari Internasional Business Magazine dan ‘Broker Paling Terpercaya Asia 2023’ dari Global Forex Awards.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*