IHSG Rebound, 5 Saham Big Cap Ini Jadi Penyelamatnya

Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/8/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Karyawan berada di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/8/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik menguat pada akhir perdagangan sesi I Rabu (4/9/2024), setelah sempat merosot nyaris 1% di awal sesi I hari ini karena memburuknya sentimen pasar global.

Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG menguat 0,48% ke posisi 7.653,07. IHSG pun kembali menyentuh level psikologis 7.600, setelah sempat terkoreksi ke 7.500-an pada awal sesi I hari ini.

Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 6,9 triliun dengan melibatkan 28 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 685.045 kali. Sebanyak 229 saham menguat, 338 saham terkoreksi, dan 221 saham cenderung stagnan.

Beberapa sektor terpantau melesat dan turut membantu IHSG menguat, yakni konsumer non-primer yang mencapai 1,66%, infrastruktur sebesar 1,39%, kesehatan sebesar 1,03%, dan properti sebesar 1,01%.

Dari sisi saham, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi penopang IHSG pada sesi I hari ini, yakni masing-masing 27 indeks poin, 4,7 indeks poin, dan 3,3 indeks poin.

Berikut daftar saham yang menjadi penopang atau movers IHSG pada sesi I hari ini.

IHSG sempat bergerak volatil di awal sesi I hari ini dan kemudian cenderung sideways karena pasar cenderung wait and see dan mencerna dari data ekonomi global yang kurang menggembirakan, membuat sentimen pasar global kembali memburuk.

Dari Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street kompak ditutup anjlok kemarin, mengawali hari pertama di September 2024 dengan catatan buruk.

Indeks Dow Jones ambruk 1,51%, begitu juga dengan S&P 500 yang anjlok 2,12%, diikuti dengan Nasdaq Composite yang jatuh 3,26%.

Wall Street jeblok karena investor menilai data aktivitas pabrik terbaru, dengan serangkaian laporan pasar tenaga kerja AS yang akan dirilis di sepanjang pekan ini dan dapat memengaruhi tingkat pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) tahun ini.

Aktivitas manufaktur AS naik tipis pada Agustus dari level terendah delapan Juli di tengah beberapa perbaikan dalam ketenagakerjaan, tetapi tren keseluruhan terus menunjukkan aktivitas pabrik yang lesu.

Berdasarkan laporan ISM Manufaktur, PMI Manufaktur AS tercatat di level kontraksi 47,2% pada periode Agustus 2024, naik 0,4 poin persentase dari 46,8% yang tercatat pada periode Juli. Namun, hal itu menandakan aktivitas ekonomi di sektor manufaktur mengalami kontraksi lima bulan berturut-turut dan ke-21 kalinya dalam 22 bulan terakhir.

Kini para pelaku pasar menunggu sejumlah laporan pasar tenaga kerja yang akan dirilis akhir pekan ini, menjelang data penggajian nonpertanian untuk periode Agustus pada Jumat. Pasar tenaga kerja menjadi sorotan lebih besar, setelah laporan Juli mengisyaratkan perlambatan yang lebih besar dari yang diperkirakan, yang akibatnya memicu aksi jual global pada aset-aset berisiko.

Pertemuan bank sentral AS akhir bulan ini akan dicermati dengan saksama, menyusul dukungan terbaru dari Ketua Jerome Powell untuk penyesuaian kebijakan yang akan datang.

Menurut FedWatch Tool milik CME Group, peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) berada di angka 63%, sementara peluang untuk penurunan yang lebih besar sebesar 50 bp berada di angka 37%.

Di lain sisi, periode perdagangan saham di September secara historis menjadi bulan yang cenderung dihindari oleh investor untuk berinvestasi di pasar saham global, karena adanya fenomena September Effect. Hal ini juga cenderung terjadi di IHSG

Selama kurun waktu 2015-2023 atau sembilan tahun terakhir, IHSG hanya menguat dua kali sementara tujuh sisanya ambruk.

Namun, ada harapan jika IHSG akan mencatat kinerja positif pada September karena ada kemungkinan The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada September.

Jika ini menjadi kenyataan maka IHSG kemungkinan akan mencatat kinerja positif meski ada September Effect.

https://extension.jp.net/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*