Cabut dari RI, Raksasa Migas Ini Temukan Harta Karun Jumbo

Foto: REUTERS/Toby Melville

Sejumlah raksasa minyak dan gas bumi (migas) global seperti Total Energies, Shell, hingga Chevron dikabarkan telah menemukan cadangan migas jumbo di Namibia, Selatan Afrika. Ketiga perusahaan ini telah keluar dari proyek hulu migas di RI sejak beberapa tahun lalu.

Total Energies misalnya, sebelumnya mengoperasikan Blok Mahakam, Kalimantan Timur. Kemudian, Shell keluar dari proyek Blok Masela di Maluku, dan Chevron sebelumnya menjadi operator dari Blok Rokan, Riau.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pun mengaku bahwa banyak investor migas dunia yang sebelumnya berinvestasi di Indonesia, kini malah marak melakukan eksplorasi di Afrika.

Menurut Arifin, hal tersebut terjadi lantaran negara di Afrika seperti Mozambik dan Guyana menawarkan insentif yang lebih menarik. Salah satunya, yaitu kebijakan penggunaan skema royalty and tax.

“Kita sedang mengkaji karena negara-negara lain juga mempunyai skema kebijakan yang lebih agresif, sehingga banyak KKKS yang lari ke tempat lain ya, Guyana contohnya, kemudian Mozambik. Mereka keluarkan skema yang simple yaitu tax dan royalty saja,” kata Arifin di Gedung Ditjen Migas, Jakarta dikutip Selasa (6/8/2024).

Oleh sebab itu, ia pun berharap skema royalty and tax bisa masuk di dalam draf revisi Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Dengan begitu, iklim investasi migas di Indonesia dapat lebih menarik kembali.

Dilansir dari Reuters, Selasa (6/8/2024), beberapa waktu lalu Shell dan TotalEnergies menemukan cadangan minyak sebesar 2,6 miliar barel di negara Afrika tersebut. Hasil temuan cadangan ini diperkirakan bisa mulai diproduksikan pada 2030 mendatang.

Cadangan jumbo tersebut berasal dari Orange Basin, dan masih ada area potensial lainnya seperti Luderitz, Kavango dan Walvis Basin.

Berikut rangkumannya:

Total Energies

Pada Januari 2024 lalu Total setuju untuk mengakuisisi 10,5% hak partisipasi di Blok 2913B dan 9,39% di Blok 2912. Total berencana menganggarkan sekitar 30% dari US$ 1 miliar biaya eksplorasi di Namibia pada 2024.

Perusahaan mulai melakukan aktivitas hulu migas di Namibia sejak 1964 dan saat ini mengelola dua blok eksplorasi di laut dalam (deep offshore). Total memiliki hak partisipasi 40%, sementara sisanya dimiliki Qatar Energy 30%, Impact Oil 20%. dan Namcor 10%.

Adapun potensi dari Blok 2913B di Orange Basin, tepatnya di sumur Venus 1-X, diperkirakan mencapai 5,1 miliar barel minyak dan akan produksi perdana pada 2029 atau 2030.

Shell

Shell dikabarkan telah menemukan cadangan migas di Namibia pada Februari 2022. Shell melakukan eksplorasi bersama mitranya, Qatar Energy dan Namcor di PEL 39, Orange Basin.

Area PEL 39 ini seluas 12.000 km2 dan terdiri dari tujuh sumur migas. Sumur Graff diperkirakan memiliki potensi 2,38 miliar barel minyak dan Sumur Jonker-1X diperkirakan memiliki 2,5 miliar barel minyak.

Chevron

Chevron juga direncanakan akan memulai kegiatan eksplorasi pada akhir 2024 ini. Pada April 2024 lalu perusahaan baru menandatangani perjanjian pengembangan di blok migas laut dalam di Walvis Basin. Chevron pun menguasai 80% dari hak partisipasi di blok ini.

Selain itu, Chevron Namibia Exploration Ltd juga merupakan operator pada proyek PEL (Petroleum Exploration Licence) 90, sebuah blok laut dalam di Orange Basin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*